LAPORAN PRAKTIKUM
“ELASTISITAS
SPAGETI”
Oleh:
1. Lely
Resti Maizuroh (12030654204)
2. Dita
Silviana Chichinnda (12030654218)
3. Pungky
Dilaka Putri (12030654240)
4. Mega
Kusuma Rifanda P. (12030654241)
5. Juwita
Sari (12030654248)
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PRODI
PENDIDIKAN SAINS
2014
ELASTISITAS SPAGETI
ABSTRAK
Telah kami lakukan
praktikum tentang elastisitas spageti di
Laboratorium Sains Unesa pada hari Senin tanggal 05 Mei 2014 yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama waktu perebusan
spageti terhadap elastisitas spageti. Adapun metode
yang digunakan yaitu merebus spageti dalam 3 waktu yang berbeda. Membagi
spageti dalam 3 bagian. Pada bagian pertama spageti direbus selama 120 sekon.
Pada bagian kedua spageeti direbus selama 240 sekon dan pada bagian ketiga
spageti direbus selama 360 sekon. Kemudian diukur panjang spageti pada
masing-masing pemanasan. Setelah itu menarik spageti sampai tepat akan putus
dan diukur kembali panjang spageti tersebut untuk mengetahui elastisitas
spageti. Berdasarkan praktikum yang kami lakukan dapat disimpulkan
bahwa, semakin lama waktu yang digunakan untuk merebus spageti maka eastisitas
spageti yang dihasilkan semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan hipotesis yang
telah kami susun, karena pada
percobaan yang pertama yaitu dengan merebus spageti selama 120 detik setelah
ditarik dan dilepaskan menghasilkan pertambahan panjang sebesar 0,9 cm. Pada
percobaan kedua yaitu dengan merebus spageti selama 240 detik setelah ditarik
dan dilepaskan kembali menghasilkan pertambahan panjang 3,0 cm dan percobaan
ketiga dengan merebus spageti selama 360 detik, setelah ditarik dan dilepaskan
kembali menghasilkan pertambahan panjang 6,0 cm. Hasil percobaan ini
menunjukkan bahwa spageti tidak elastis sempurna, perbedaan pertambahan
panjangnya cukup signifikan. Perbedaan lama perebusan yang diberikan akan
mempengaruhi perubahan panjang, waktu perebusan yang diberikan sebanding dengan
perubahan panjang. Semakin sedikit waktu perebusan yang diberikan maka
pertambahan panjangnya semakin kecil dan sebaliknya semakin lama waktu
perebusan yang diberikan maka pertambahan panjangnya semakin besar. Karena pada
saat spageti direbus dengan waktu yang sebentar, maka elastisitas spageti yang
dihasilkan masih belum besar. Dan apabila spageti direbus dengan waktu yang
cukup lama, maka elastisitas spageti yang dihasilkan juga semakin besar.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam
kehidupan sehari-hari, kita mungkin mendengar istilah elastic pada spageti. Spageti merupakan makanan yang cukup digemari
oleh masyarakat. Ketika kita menyentuh spageti yang sudah matang kita akan
merasakan kekenyalan pada saat memakan spageti. Elastisitas spageti juga
berbeda dengan mie lain seperti pada umumnya. Spageti memiliki struktur yang
lebih keras dari pada mie lain. sehingga dalam perebusan spageti juga
dibutuhkan waktu yang sedikit lebih lama dari pada merebus mie instan atau mie
lainnya agar dapat menghasilkan strukur spageti yang lebih kenyal. Pada
kesempatan kali ini kita akan membahas elastisitas yang dihasilkan spageti
dengan lama perebusan spageti yang berbeda-beda.
B.
Rumusan
masalah
Berdasarkan latar
belakang diatas didapatkan rumusan masalahnya yaitu Bagaimanakah pengaruh lama
waktu perebusan spageti terhadap elastisitas spageti?
C.
Tujuan
percobaan
Berdasarkan rumusan
masalah di atas didapatkan tujuan percobaannya yaitu mengetahui pengaruh lama
waktu perebusan spageti terhadap elastisitas spageti.
D.
Hipotesis
Hipotesis
praktikum ini adalah semakin lama waktu perebusan spageti semakin tinggi
elastisitas yang dihasilkan oleh
spageti
BAB II
KAJIAN TEORI
Elastisitas adalah sifat suatu benda
untuk kembali ke bentuk awalnya setelah gaya luar di hilangkan. Sebuah benda
dikatakan elastik sempurna jika setelah gaya penyebab perubahan bentuk di
hilangkan.Banyak benda yang hampir elastik sempurna, yaitu sampai depormasi
yang terbatas disebut limit elastiknya,dan apabila gaya-gaya dihilangkan,
maka benda tersebut tidak kembali kebentuk semula . Beberapa bahan mendekati
sifat tidak elastik sempurna dan menujukkan tidak ada kecenderungan untk
kembali kebentuk semula setelah gaya dihilangkan. Bahan ini disebut bersifat
pelastik. Sebenarnya perbedaan antara sifat elastik dan pelastik. Hanyalah
terletak pada tingkatan dalam besar atau kecilnya deformasi yang terjadi. Anggap
saja benda-benda ini bersifat homogen dan isotropik. Homogen berarti pada
setiap bagian benda mempunyai kerapatan sama. Sedangkan isotropik artinya
pada setiap titik pada benda mempunyai sifat-sifat fisis sama kesegala arah (Ganijanti
Aby Sarojo, 2002:318).
Jika besar perpanjangan δx lebih
kecil dibandingkan dengan panjang benda, eksperimen menunjukkan bahwa δL
sebanding dengan berat atau gaya yang diberikan pada benda.
Hukum Hooke adalah
perbandingan antara gaya yang diberikan dengan pertambahan panjang benda adalah
konstan.
F = k . Δx
→ k = F/Δx
Keterangan :
Ø F =
gaya (N)
Ø k =
konstanta (N/m)
Ø Δx =
perubahan panjang (m)
Di sini F menyatakan gaya yang menarik benda, δL adalah perubahan panjang dan k
adalah konstanta pembanding. Ternyata persamaan tersebut berlaku untuk hampir
semua materi padat dari besi sampai tulang, tetapi hanya sampai suatu batas
tertentu. Karena jika gaya terlalu besar, benda meregang sangat besar dan
akhirnya patah. Ternyata untuk gaya yang sama, besar regangan sebanding dengan
panjang awal dan berbanding terbalik dengan luas penampang lintang. Yaitu;
makin panjang benda makin besar pertambahan panjangnya untuk suatu gaya tertentu;
dan makin tebal benda tersebut, makin kecil pertambahan panjangnya (Giancolli,
2001:299).
Tegangan (stress) atau gaya pendeformasi persatuan luas menghasilkan regangan
(strain) atau deformasi satuan. Spesimen bersangkutan berdeformasi secara permanen
pada waktu tegangan sama dengan kekuatan luluh material atau bahan. Baja patah
ketika tegangan sama dengan kekuatan batas material. Pada rentang rekayasa
teknik tegangan dan regangan sebanding satu sama lain (David Halliday,
2009:505).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar